Kresek – Persatuan adalah ajaran agama Islam yang wajib disampaikan para ulama di bumi Indonesia. Baik pada era penjajahan, kemerdekaan, dan milenial sekarang ini, persatuan harus terus digaungkan para ulama demi mengusir berbagai paham jahat dan kekerasan yang ingin merusak keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Persatuan dalam konsepsi para ulama merupakan perintah Allah dalam Alquran wala tafarroqu yang artinya jangan terpecah belah. Bersatu adalah rahmat, bercerai-berai adalah adzab. Ini adalah landasan keagamaan para ulama. Jadi, persatuan adalah ajaran agama Islam yang harus disampaikan oleh para ulama kepada umatnya.” ujar Akademisi sekaligus Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Darul Qalam Tangerang, Jum’at (4/3/2022).
Dalam konteks kekinian, menurut jebolan Pasca Sarjana UNTIRTA Serang Banten ini, peran ulama masih sangat dibutuhkan sebagai pilar pemersatu bangsa. Ulama yang bisa menjaga NKRI adalah ulama-ulama yang selalu dalam hati dan perilakunya mengutamakan persatuan dan kesatuan.
Ia mengungkapkan pada mimbar khutbah jum’at di masjid Ar-Rahim Ds. Talok Kec. Kresek (4/3/2022) , saat ini peran ulama sangat dibutuhkan oleh bangsa ini untuk kembali menyatukan dan merajut potensi perpecahan bangsa. Apalagi akhir-akhir ini ketika ada tokoh yang memberikan pernyataan kontroverial, banyak sekali gangguan yang merongrong persatuan dan kebhinnekaan Indonesia. Contohnya adalah munculnya bibit-bibit perpecahan dan kekerasan terutama yang mengatasnamakan agama, yang bertujuan untuk menghancurkan keutuhan NKRI.
Banyak cara yang bisa kita lakukan dalam menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia. Pertama, sikap toleransi yaitu saling menghormati dan menghargai ditengah keberagaman budaya pada masyarakat. Kedua, menghormati perbedaan dengan selalu bersikap ramah dan menghilangkan egoisme masing-masing suku dan golongan. Ketiga, peran pemerintah diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk melestarikan keragaman sosial budaya. Keempat, kesadaran masyarakat menjadi dasar dalam menjaga keanekaragaman tetap utuh di lingkungannya sendiri.
Abdul Rohman, M.Pd mencontohkan, banyak negara yang hancur karena perpecahan, perbedaan serta perdebatan oleh masyarakat yang tidak bisa dibendung lagi.
“Banyak negara terpecah belah seperti Afganistan sudah ratusan tahun terjadi perang saudara. Padahal mayoritas penduduk di sana beragama Islam. Perang di Afganistan belum selesai, sudah pindah ke Irak. Kemudian Irak belum selesai perangnya sudah pindah ke Libya, dan terakhir di Suriah,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, Indonesia sudah lama memiliki potensi perpecahan seperti itu. Namun, berkat jasa para pahlawan dan ulama, berbagai serangan dan gangguan berhasil dihalau dari tanah Indonesia.
Yang pasti, tegas Abdul Rohman,M.Pd selaku Akademisi, peran ulama dalam mendirikan dan menjaga NKRI ini sangat besar. Fakta ini tidak boleh dilupakan oleh generasi saat ini. Sebelum Indonesia ini terbentuk, ulama di Nusantara telah memiliki mimpi yang sangat besar untuk mendirikan sebuah bangsa yang besar. maka ketika ada gejolak di masyarakat terkait perbedaan serta perdebatan maka ulama agar hadir di garda terdepan.
Untuk mewujudkan impian itu, lanjut Abdul rohman,M.Pd, para ulama mengumpulkan umat dan membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan sebelum republik ini terbentuk seperti Nahdatul Wathan, NU, PUI, Muhammadiyah dan masih banyak lagi organisasi-organisasi Islam lainnya. Organisasi keagamaan ini tidak hanya memiliki misi keagamaan saja, tetapi berhasil menanamkan rasa nasionalisme kepada umatnya untuk bermimpi memiliki sebuah bangsa.
Dalam proses detik-detik pendirian negara ini, jelasnya, ada dua momen penting yang tidak boleh dilupakan. Pertama, proses diskusi antara ulama dan para pendiri bangsa lainnya dalam BPUPKI untuk menjembatani perbedaan dalam agama dan negara sampai terbentuknya ideologi bangsa, Pancasila sebagai landasan dasar negara Republik Indonesia. Ideologi bangsa ini merupakan salah satu sumbangsih ulama untuk bangsa ini yang wajib dijaga.
Momen kedua, menurutnya, pada saat penentuan siapa yang akan memimpin bangsa ini. Kebetulan di negeri ini ada dua orang yang menonjol yaitu Soekarno dan Hatta. Akhirnya disepakati dua pemimpin dengan Soekarno sebagai Presiden dan Hatta sebagai Wakil Presiden.
“Dari kedua pemimpin tersebut mereka memiliki latar belakang yang berbeda, Soekarno adalah orang yang berjiwa nasionalis sedangkan Hatta adalah orang yang sangat agamis. Karena itu ulama-ulama meyakini negara ini akan menjadi kuat dengan adanya pemimpin yang bisa saling melengkapi satu sama lain,” pungkas abdul rohman, M.Pd.